ASKEP BBLR


A.      Konsep Dasar Medis
1.    Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. Berat lahir yang rendah dapat disebabkan oleh kelahiran premature atau retardasi pertumbuhan intrauteri (Farrer Helen, 1999).
Neonatus dengan masa gestasi kurang dari normal atau berat badan lahir rendah mempunyai kemungkinan morbiditas atau mortalitas yang lebih besar dari rata-rata karena kondisi atau situasi yang sulit pada proses kelahiran dan adaptasi terhadap lingkungan normal pada keberadaan ekstrauterin (Wong, 2004).
2.    Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari BBLR yaitu : (
a.    Prematuritas murni
Masa Gestasi kurang dari 37 minggu dan BB nya sesuai dengan masa gestasi.
b.    Dismaturitas
BB bayi yang kurang dari BB seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya.

3.    Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan BBLR diantaranya sebagai berikut (Rosdiana, 2010):
a.       Faktor ibu (resti).
b.      faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik).
c.       faktor usia : < 20 tahun.
d.      faktor ibu: riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma dan lain-lain.
e.       Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah
dini.
f.       Keadaan sosial ekonomi yang rendah.
g.      Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok
4.      Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut: (Aziz, 2008)
a.       Prematuritas murni
1)   BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
2)   Masa gestasi < 37 minggu
3)   Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
4)   Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis,telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
5)   Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
6)   Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
7)   Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
8)   Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
9)   Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
10)    Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot masih hipotonik
11)    Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna
b.      Dismaturitas
1)     Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
2)     Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
3)     Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
4)     Tali pusat berwarna kuning kehijauan
5.      Komplikasi
Adapun komplikasi dari BBLR adalah  (Vinklund Andreas, 2009):
a.    Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
b.    Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
c.    Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
d.   Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan dara
e.    Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC). Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal.
6.      Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan dari BBLR adalah  (Vinklund Andreas, 2009):
a.    Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
b.    Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
c.    Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
d.   Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat
7.      Prognosis
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian) asfiksia/iskemi otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan intravenrikuler, dysplasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasias, infeksi, gangguan metabolic (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung dari keadaan social ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain) (Wiknjosastro, 2007)
B.       Konsep Dasar Keperawatan
1.    Pengkajian Keperawatan
Beberapa temuan yang bisa di dapatkan pada pengkajian antara lain: (Rosdiana, 2010)
1)   Tanda-tanda anatomis
a.    Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak jaringan sedikit (tipis).
b.    Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari
c.    Pada bayi laki-laki testis belum turun.
d.   Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol.
2)   Tanda fisiologis
a.    Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
b.    Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi.
c.    Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna.
d.   Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu.
e.    Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.
3)   Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
a.    Berat badan < 2500 gram
b.    Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
c.    Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
2.      Diagnosa Keperawatan
Berikut beberapa diagnosa keperawatan yang terdapat pada bayi dengan BBLR:
a.    Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas paru neuromuskuler, penurunan energi, dan keletihan.
b.    Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas kontrol dan pengatur suhu   tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.
c.    Risiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
d.   Risiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
e.    Risiko tinggi cedera karena peningkatan tekanan intrakranial b/d sistem syaraf pusat imatur dan respon stress fisiologis.
3. Intervensi
a.       Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas paru neuromuskuler, penurunan energi, dan keletihan.
Tujuan : Pola nafas efektif .

Kriteria Hasil :
1)         RR 30-60 x/mnt
2)         Sianosis (-)
3)         Sesak (-)
4)         Ronchi (-)
5)         Whezing (-)
Rencana Tindakan :
1.    Observasi pola nafas, frekuensi dan bunyi nafas
     R/ Membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dari serangan apneik sejati
2.    Isap jalan nafas
     R/ Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas
3.    Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
     R/ Untuk mencegah adanya penyempitan jalan nafas
4.    Beri O2 sesuai indikasi
     R/ Perbaikan kadar oksigen dan karbon dioksida dapat meningkatkan fungsi pernapasan
5.    Pertahankan suhu lingkungan yang netral
     R/ Untuk menghemat penggunaan O2
b.    Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas kontrol dan pengatur suhu   tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil :
1)   Suhu 36-37 C.
2)   Kulit hangat.
3)   Sianosis (-)
4)   Ekstremitas hangat.
Rencana Tindakan :
1.    Tempatkan bayi pada incubator, awasi dan atur kontrol temperature sesuai kebutuhan.
R/ Untuk mempertahankan suhu stabil
2.    Pantau suhu aksila pada bayi yang tidak stabil
R/ Mengetahui fungsi vital organ – organ tubuh terutama termostat regulator suhu tubuh.
3.    Periksa suhu bayi dalam hubunganya dengan suhu ambien dan suhu unit pemanas
R/ Untuk kehilangan panas radian langsung
4.    Ganti pakaian setiap basah.
R/ Kehilangan panas pada bayi sangat cepat, peningkatan suhu 10c suhu tubuh akan kehilangan 12 cc/jam.
c.    Risiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
1) Suhu 36-37 C
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi.
                 3) Leukosit 5.000 – 10.000
                 Rencana Keperawatn :
1)      Kaji tanda-tanda infeksi.
R/ Untuk menentukan intervensi yang akan dilakukan pada bayi
2)      Isolasi bayi dengan bayi lain
R/ Mengurangi risiko penularan pada bayi
3)      Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
R/ Untuk meminimalkan pajanan pada organism infeksi
4)      Pertahankan tindakan tekhnik antiseptik dalam setiap tindakan             ( seperti : sterilisasi alat dan desinfeksi ).
R/ Meminimalkan dan membunuh bakteri, jamur dan untuk mencegah  
     infeksi akibat kontaminasi nasokomial.
5)      Rawat bekas tali pusat dengan menggunakan bethadine dan dibungkus dengan kasa steril.
R/ Mencegah masuknya kuman dan berkembangnya bakteri oleh karena media yang lembab.
d.   Risiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
Tujuan : Klien mendapatkan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
1) Reflek hisap dan menelan baik
2) Muntah (-)
3) Kembung (-)
4) BAB lancar
5) Berat badan meningkat 15 gr/hr
                 6) Turgor elastis.
Tindakan Keperawatan :
1)         Observasi intake dan output.
R/ Untuk menentukan berapa kebutuhan  nutrisi bayi perhari atau kebutuhan minum (cc/ KgBb ) sehingga dapat diberikan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya
2)         Timbang BB bayi sebelum dan sesudah makan
R/ Untuk mengetahui seberapa besar asupan nutrisi yang masuk
3)        Ajarkan pada ibunya tentang tehnik – tehnik pemberian ASI / PASI yang efektif   
R/ Setelah pulang nanti orang tua tidak kaku dan sudah terbiasa memberikan Asi / PASI pada bayi, dan mengerti kapan bayi sudah mulai haus : misal pada saat menangis.
4)         Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan tidak ada.
R/ Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
5)        Bantu ibu mengeluarkan ASI
R/ Untuk menciptakan dan mempertahankan laktasi sampai bayi dapat menyusui ASI
e.    Risiko tinggi cedera karena peningkatan tekanan intrakranial b/d sistem syaraf pusat imatur dan respon stress fisiologis.
Tujuan : Pasien menunjukkan intracranial normal
Kriteria hasil :
1) Bayi tidak menunjukkan tanda – tanda peningkatan TIK dan hemoragik intraventrikuler
Tindakan Keperawatan :
1)      Kurangi stimulus lingkungan
R/ Karena respon strees khususnya peningkatan tekanan darah meningkatan resiko peningkatan TIK
2)      Tetapkan suatu rutinitas yang memberikan periode tidur / istrahat tampa gangguan
R/ Untuk menghilangkan atau meminimalkan strees
3)      Atur ( kumpulkan ) perawatan selama jam bangun yang normal sebanyak mungkin
R/ Untuk meminimalkan gangguan tidur dan kebisingan intermiten yang sering
4)      Tutupi inkubator dengan kain serta tempat tanda “ jangan ganggu “ didekatnya
R/ Untuk menurunkan sinar dan menyandarkan orang lain pada periode istrahat bayi.
5)      Kenali tanda-tanda strees fisik dan stimulasi yang berlebihan
R/ Untuk melakukan intervensi yang tepat dengan segera

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REFLEKSI & LEADERSHIP (Refleksi menggunakan teori Gibbs')

LP Acute Lung Oedema (ALO)

LP Hiperglikemia Hiperosmolaritas Non Ketotik (HHNK)