Tugas Individu Tentang Filsafat Ilmu dari Prof. Soewito
TAKE HOME ASSIGNMENT UMY
FILSAFAT
ILMU & ETIKA PROFESI
KEPERAWATAN
DISUSUN
OLEH
MINANTON
20171050009
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
PROGRAM STUDI MAGISTER
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
SOAL TAKE HOME ASSIGNMENT (M.PER) UMY
1. Ungkapan
“medicine is a science and art” dalam
pelayanan medis baik oleh ners (perawat) maupun dokter berlaku universal. Jelaskan yang anda ketahui tentang ungkapan
tersebut dan substansi apa yang vital dalam pelaksanaannya. Beri contoh.
2. Dua
faktor vital sewaktu proses penyembuhan penyakit yang dirawat di rumah sakit
yaitu program terapi(Placeholder1)(webster-Merriam, 2017) (dokter) dan
perawatan (ners, paramedis). Secanggih dan sebaik apapun program terapi tanpa
proses perawatan yang tepat dan baik hasilnya kurang memuaskan. Beri contoh.
3. Boleh
pilih salah satu : a) atau b).
a. Suatu
pasien dengan penyakit degeneratif dalam stadium lanjut (stroke, Ca, HIV dan
lain-lain) yang dirawat di rumah sakit, namun hasil terapinya tidak membawa
kesembuhan (sia-sia), walau diterapi oleh tim dokter spesialis. Menurut anda
tindakan apa yang sebaiknya dilakukan. Jelaskan alasannya.
b. Dalam
ranah trilogi (epistemologi) pola pikir yang mutakhir adalah rasionalisme dan
empirisme untuk mencari ilmu pengetahuan (sains). Jelaskan kelebihan dan
kekurangan masing-masing, serta pola pikir yang mana yang anda pakai sewaktu
membuat proposal untuk tesis anda.
Jawaban
:
1.
Kamus Merriam Webster menyebutkan “Medicine is The science and art dealing
with the maintenance of health and prevention, allevition, or cure of desease.”
Dari definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa ilmu kedokteran itu merupakan suatu ilmu dan seni yang mempelajari
tentang proses penyakit dan bagaimana cara merawat, mencegah serta penyembuhannya.1
Di beberapa pustaka yang lain yakni Menurut
Hedge (1999) dalam Panda(2006), kedokteran adalah ilmu terapan, sedangkan seni
adalah prakteknya. Hal tersebut memang sesuai dengan kondisi saya sebagai
perawat, dimana kami 8 jam dalam sehari dihadapkan dengan berbagai macam pasien yang memiliki
karakter, kebutuhan yang berbeda serta berada dalam kondisi berbeda-beda pula sehingga menuntut
perawat untuk memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan secara holistik
dengan caring, empati, menyenangkan(engaging) serta komunikasi yang efektif.
Di dalam keperawatan sendiri dimana aspek atau objek kajiannya berdasarkan
respon pasien terhadap suatu stressor maka diperlukan seni seperti yang diutarakan
oleh pelopor keperawatan, Florence Nightingale
yaitu “Nursing is an art”. Art
of nursing terdiri dari beberapa yaitu Caring, Compassion/empati,
Engaging, komunikasi efektif &
terapeutik, serta Holistik Care.
Sedangkan Science of nursing terdiri dari Proses Keperawatan, Knowledge of desease prosess, critical
thingking, evidence based research, & Skills.2,3,4
Rogers (2006) menyatakan
bahwa, kadang kedokteran dapat dianggap sebagai ilmu pengetahuan, kadang dapat
dianggap sebagai seni, objek ilmu kedokteran adalah untuk mempelajari penyakit.
Kedokteran adalah seni berdasarkan ilmu pengetahuan. Seorang dokter tetap
membutuhkan Evidence Based Medicine
(EBM) dalam praktekknya. Seni pengobatan tetap sama dan menjadi pondasi yang
kuat dalam praktek dokter. Hal ini permanen dan telah berkembang selama berabad
abad berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan dan intuisi. Dorongan tersebut untuk
mengatasi kecemasan pasien dan menghibur pasien dalam setiap keadaan.1
Kedokteran ditopang oleh ilmu pengetahuan, praktiknya membutuhkan keterampilan tertentu - sebuah seni. Pasien
yang terlihat jarang memiliki buku teks, kondisi yang mereka
miliki tidak akan selalu hadir dengan semua gejala standar dan tingkat
keparahan standar yang tercantum dalam buku – buku. Ada faktor
ketidakpastian yang harus ditangani dengan pertimbangan dan mencerminkan
pengalaman. Selain itu, ada seni untuk berkomunikasi dengan pasien dan
kemampuan alami untuk terhubung dan benar-benar mengerti
bagaimana berperilaku tepat dalam kebanyakan situasi
yang dihadapi.5
Pelayanan
keperawatan yang efektif adalah pelayanan yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara mandiri dan
kolaboratif dengan memperhatikan ilmu keperawatan dan seni dalam
memberikan pelayanan. Di tangan
perawatlah untuk mempromosikan perubahan-perubahan positif dalam diri pasien karena sebagai perawat, Kami memiliki kekuatan untuk menyembuhkan orang sakit
dengan ilmu dan seni keperawatan.
3
Menurut saya, Seni dalam dunia
keperawatan itu tidak hanya sebatas the
art of caring and comfort, tetapi lebih dari itu yaitu “the art of caring, comfort & religious” apapun keluhan pasien, seorang
perawat harus dapat memberikan perhatian, kenyamanan dan kebutuhan religiusnya bagi
setiap pasien. Karena hal itu yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh setiap
pasien. Hal tersebut dapat menimbulkan kepercayaan dan kepuasan pada pasien, pasien
yang percaya akan kooperatif dalam segala tindakan keperawatan untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Pemberian pelayanan dengan menyentuh sisi-sisi
religius pasien itu sangat penting karena Allah SWT adalah sumber kesehatan itu
sendiri. Penerapan ilmu tanpa dilandasi
pemahaman dan sifat-sifat kemanusian serta nilai-nilai keagamaan(Religious) tidak akan optimal, berguna
dan dapat merugikan pasien. Sehingga bisa disimpulkan bahwa “medicine is a science and art” or “Nursing is a science and art” haruslah berjalan seimbang
antara medicine is a science(Nursing is a
science) dan medicine is an art (Nursing is an art).6
Menurut pengalaman saya, saya telah menyaksikan banyak
hal-hal di Rumah Sakit di mana
keperawatan sebagai seni itu tidak terwujud. Saya menggeliat saat mendengar seorang perawat memberi
edukasi kepada pasien pra operasi tanpa
belas kasih. Alih-alih nyaman, ketakutan dibangun di dalam pasien. Saya telah
mengamati perawat, yang tidak mengetahui dengan baik tentang proses penyakit,
menjelaskan hal-hal kepada pasien tanpa menggunakan komunikasi terapeutik. Serta prosedur-prosedur yang dilakukan di
luar konteks protokol dan teknik steril.
“Penting kiranya menyeimbangkan
keperawatan sebagai ilmu dan keperawatan sebagai seni”
2.
Ada sebuah Ungkapan “Doctors are the brain of hospital &
Nurses are the heart of hospital” memiliki makna bahwa dokter dan perawat
merupakan Otak dan Jantung dari rumah
sakit. Elemen tersebut penting didalam
pelayanan rumah sakit serta tidak bisa dipisahkan. Dokter dan perawat memang
memiliki tugas masing-masing dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien. Dokter dari
segi pendidikan memiliki tanggung jawab
utama untuk keputusan pengobatan, perawat lebih ke “nursing” perawatannya karena orang
sakit tidak hanya fisik (biologis) nya saja tetapi juga menyangkut kondisi
psikis dan lingkungan dimana peran perawat itu menonjol dengan menghabiskan lebih banyak waktu dengan pasien di rumah sakit daripada dokter. 7
Hubungan dokter dan perawat seperti “dua
sisi mata uang” dimana ketiadaan salah satunya akan mengurangi tingkat
kesembuhan atau bahkan meningkatkan persentase kematian pasien. Dokter dan perawat memiliki profesi yang berbeda; Namun
mereka bisa
berbagi pengetahuan dan bisa saling belajar satu sama
lain. kolaborasi
keduanya amat dibutuhkan untuk mengoptimalkan kesembuhan pasien. Hubungan antara kedua kelompok ini merupakan penentu
utama kualitas pelayanan praktik kesehatan (Siedlecki, 2015).8
Menurut Murata (2014) Hubungan antara dokter, perawat dan pasien secara
signifikan mempengaruhi pengalaman keseluruhan pasien di rumah sakit,
kesehatan, dan kehidupan mereka setelahnya. Hal tersebut saya alami
sendiri dimana, beberapa tahun yang lalu,
saya dirawat di rumah sakit dan mendapati diri saya berada dalam posisi pasien
untuk pertama kalinya. Saya pernah mendengar tentang stereotip bahwa dokter
selalu sibuk dan hanya memiliki sedikit waktu untuk pasien, sementara perawat
adalah orang yang paling banyak menghabiskan waktu dengan pasien dan mencoba
mengenal individu. Perawat
sampai pada titik di mana kami bercanda bersama dan melakukan percakapan normal
yang membuatku merasa seolah-olah aku hanyalah orang lain daripada diberi label
sebagai pasien. Karena saya dapat mengembangkan hubungan yang begitu dekat
dengan para perawat, itu membuat saya bertanya-tanya mengapa perawat tidak
diberi wewenang lebih lanjut untuk membuat keputusan medis dengan pasien karena
mereka memiliki pengetahuan holistik tentang pasien dan juga berbagi dengan
pasien.9
Berdasarkan pengalaman saya praktek di
rumah sakit, hubungan dokter-perawat masih menimbulkan konflik seperti perilaku
dokter terlalu arogan yang tidak mau menerima masukan dari perawat tentang
masalah pasien, perawat yang selalu mengikuti perintah dokter tanpa mempunyai
kewenangan secara mandiri. Sehingga pelayanan tidak prima dan kebanyakan pasien
mengalami masa rawat yang cukup lama. Saya mengerti betapa sibuknya rumah sakit dan ketegangan dapat meningkat karena
tekanan, namun demikian, tanggung jawab perawat dan dokter untuk berkomunikasi
secara efektif. Jika ada masalah dengan pasien, mereka harus ditangani secara
profesional dan menyeluruh. Percakapan antara perawat dan dokter perlu
dilakukan terus menerus dan kita perlu memahami, menghargai dan menghargai
peran masing-masing.9,10
Dizaman
modern seperti sekarang, Pasien mengharapkan pelayanan di rumah sakit
itu tidak hanya berfokus pada obat untuk penyakitnya tetapi terapi dan
perawatan yang paripurna dan dilandasi pemahaman dan sifat-sifat kemanusian
serta nilai-nilai keagamaan (Religious)
seoptimal mungkin diterapkan, supaya mampu meningkatkan kepuasan pasien. Untuk
itu dibutuhkan kerja sama tim yang baik untuk pelayanan pasien yang berkualitas. Perawat dan dokter mampu bekerja sama dan mereka tahu bagaimana berkomunikasi
secara efektif satu sama lain dan anggota tim kesehatan lainnya.
Model pelayanan paternalistik sudah beralih ke pendekatan berbasis tim.10,11
Menurut saya, Dengan pasien memiliki multi problem yang dihadapi membutuhkan tim profesional untuk memberikan pelayanan berkualitas terbaik. Pelayanan pasien dengan
pendekatan berbasis tim multidisipliner, terdiri dari beragam kelompok
profesional khusus. Pelayanan pasien telah menjadi sangat kompleks karena komorbiditas dengan banyak
pasien saat ini. Dan
seperti tim manapun, tim kesehatan perlu bekerja sama
dengan hormat dan serius. Tim kesehatan perlu saling
mendengarkan dengan penuh perhatian dalam berkomunikasi dan memecahkan masalah bersama. Setiap
anggota tim mendukung dan menghormati satu sama lain. Sinergi kolaborasi akan
sangat bermanfaat bagi pasien. Pasien adalah bagian terpenting dari tim, dan
melalui pendekatan berbasis tim kolaboratif, pasien dapat mendapat pelayanan
berkualitas tertinggi.
Di UMY sendiri sudah menganut pelayanan
kesehatan multidisipliner yang di sebut Inter Professional Education(IPE) yang
dimana pasien sebagai pusatnya (Patient-centered
care). Dasar pelaksanaan IPE yaitu kompleksitas masalah
kesehatan(penyakit), penyakit kronis, dan penyakit darurat baru. Anggota dalam
IPE sendiri tidak hanya dokter, perawat, pasien tetapi lebih dari itu ada apoteker,
Fisioterapi, Bidan, Gizi, Psikolog dan Analis kesehatan. Hal tersebut
menandakan betapa pentingnya hubungan kolaboratif dari berbagai profesi di rumah sakit untuk
kesembuhan pasien dan kualitas pelayanan. Saya menyakini bahwa alat yang
canggih tidak akan berguna jika berada ditangan yang tidak tepat.12
3.
a. Dengan melihat kasus tersebut
tindakan tepat yang menurut saya
adalah memberikan perawatan paliatif (palliative care).
Palliative care atau perawatan paliatif
merupakan tipe perawatan yang tidak hanya menekankan pada gejala fisik saja,
tetapi perawatan ini juga fokus terhadap aspek-aspek emosional, psikososial,
dan ekonomis serta spiritual untuk memenuhi kebutuhan akan perbaikan kualitas
hidup pasien. 13
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif
yaitu penyakit yang menuju ke arah kematian yang membutuhkan pendekatan dengan
perawatan Palliative sehingga menambah kualitas hidup seseorang. Pasien
terminal akan mengalami Berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas,
penurunan berat badan, gangguan aktivitas serta mengalami gangguan psikososial
dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Bagi
pasien - pasien kanker atau terminal (kecil harapan untuk sembuh) bukan hanya
penanganan kanker yang harus diberikan namun dibutuhkan perawatan paliatif dari
suatu tim kompak yang mencakup pendekatan dari segi rohani dan psikologis
sehingga diharapkan pasien secara psikis kuat untuk menghadapi penyakit yang
dideritanya.14,15
Tujuan
perawatan paliatif adalah Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian
sebagai proses normal, tidak mempercepat atau menunda kematian, menghilangkan
nyeri dan keluhan lain yang menganggu, menjaga keseimbangan psikologis dan
spiritual, mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya dan
mengusahakan membantu mengatasi suasana duka cita pada keluarga.15
Aspek yang menarik didalam perawatan
paliatif adalah disentuhnya aspek-aspek spritual dan keagamaan. Dimana beberapa
tahun terakhir, telah terjadi peningkatan dramatis dalam agama dan keyakinan
spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan dalam penyakit fisik yang serius,
Profesional kesehatan memberikan perawatan medis menyadari pentingnya pasien
dalam memenuhi kebutuhan spiritual dan keagamaan. (Woodruff , 2004: 1)16
Pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritual
juga diperkuat oleh Puchalski (2009) yang menyatakan bahwa tidak semua penyakit
dapat disembuhkan namun selalu ada ruang untuk “healing”atau
penyembuhan. Penyembuhan dapat dimaknai sebagai penerimaan terhadap penyakit
dan ketentraman dalam kehidupan danspiritual menjadi inti dari penyembuhan”.
Dalam penelitian lainnya Puchalski et al (2009) mengungkapkan bahwa penyembuhan
mengacu pada kemampuan seseorang mendapatkan kebahagiaan, kenyamanan, koneksi,
makna, dan tujuan hidup dalam penderitaan maupun rasa sakit yang dialami.17
Didalam Agama Islam kami meyakini bahwa
Agama adalah penolong dalam kesukaran dimana Apabila seseorang dalam keadaan
sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang
dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu
membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Begitupun dengan
pasien terminal, pasien terminal dituntut untuk mempunyai sikap sabar. Hal ini
sesuai dengan ajaran Islam, bahwa sikap sabar merupakan salah satu cara terapi
umum pemecahan masalah (rohaniah) individu sesuai dengan yang dianjurkan
al-Quran.
Dalam Al-Quran dinyatakan : Surat Al-baqarah 155-157
٢:١٥٥ وَلَنَبْلُوَنَّكُم
بِشَيْءٍ
مِّنَ
الْخَوْفِ
وَالْجُوعِ
وَنَقْصٍ
مِّنَ
الْأَمْوَالِ
وَالْأَنفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ
ۗ
وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ
٢:١٥٦ الَّذِينَ
إِذَا
أَصَابَتْهُم
مُّصِيبَةٌ
قَالُوا
إِنَّا
لِلَّهِ
وَإِنَّا
إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ
٢:١٥٧ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
٢:١٥٧ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" Mereka Itulah yang mendapat
keberkatan yang Sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Ayat-ayat tersebut
menjelaskan bahwa sikap sabar sangat dibutuhkan oleh pasien terminal. Untuk
menyikapi hal tersebut, maka perlu adanya bimbingan rohani Islam secara
intensif pada pasien terminal, yaitu suatu pemberian bantuan psikologis kepada
seseorang ataupun kelompok terhadap nilai-nilai ajaran Islam yang lebih
menekankan pada aspek psikologis atau jiwanya untuk mencapai kebahagiaan di
dunia atau akhirat dengan berlandaskan kepada Al- Quran dan Sunah.18
Dari uraian diatas, saya menyimpulkan bahwa
perawatan paliatif terhadap pasien terminal sangat vital untuk diterapkan pada
kasus tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Merriam-Webster.
Merriam Webster’s Dictionary.
Available at : https://www.Merriam-Webster.com. (Date of Access :
17 September 2017)
2. Panda
S.C. (2006), Medicine: Science Or Art? In : What Medicine Means To Me (Ajai
R. Singh, Shakuntala A. Singh Eds.), MSM, III:6, IV:1-4, p127-138.v
3. Erica,
B. 2014. Is the Nursing Profession an Art or Science?. Available at: https://www.nursetogether.com/Is-the-Nursing-Profession-an-Art-or-Science. (Date of Access : 17
September 2017)
4. Booth, T. 2015 . The
Art & Science of Nursing. Available at: http://blog.umhb.edu/the-art-science-of-nursing/. (Date of Access : 17 September 2017)
5. Jasmine
T.
2009. Art, science, or both? Keeping the care in nursing. Nurs Clin North Am.
44(4):415-21.
6. Srihari S. Naidu.2012.
Medicine: Balancing Science and Art. Available at: http://www.invasivecardiology.com/blog/Medicine-Balancing-Science-and-Art.
(Date of Access : 17 September 2017)
7. Sukmasari.2015.
Kolaborasi Dokter dan perawat penting untuk mengoptimalkan kesembuhan pasien.
Available at : https://www.detik.com/health/
Kolaborasi-Dokter-dan-perawat-penting-untuk-mengoptimalkan-kesembuhan-pasien. (Date of Access : 17 September 2017)
8. Siedlecki,
S., Hixson, E., (August 31, 2015) "Relationships Between Nurses and
Physicians Matter" OJIN: The Online Journal of Issues in Nursing Vol.
20 No. 3.
9. Murata,
A. 2014. Doctor, Nurse, Patient
Relationships: Negotiating Roles and Power :A Case Study of
Decision-Making for C-sections.(thesis). University of Michigan
10. Barbara
Ficarra.2010. When Doctors and Nurses Work Together. Available at: http://healthin30.com/2010/11/when-doctors-and-nurses-work-together/. (Date
of Access : 17 September 2017)
11. Barbara
ficarra.2010. Doctor-Nurse Relationship: How to Energize and Engage the Doctor
and Nurse Team. Available at: http://healthin30.com/2010/09/doctor-nurse-relationship-how-to-energize-and-engage-the-doctor-and-nurse-team/. (Date
of Access : 17 September 2017)
12. UMY.2017.Materi
kuliah : Inter Professional education(IPE).UMY
13. Adzani, F. 2105.
Mengenal Lebih Jauh Perawatan Paliatif. Available at : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20151013173237-255-84760/mengenal-lebih-jauh-perawatan-paliatif/
Komentar
Posting Komentar