LAPORAN HASIL FIELDTRIP INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE)
OLEH MAHASISWA MAGISTER KEPERAWATAN, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
GITO (20171050007); MINANTON (20171050009); MUHAMMAD AZIS (20171050010); NOVIT HARI SETIAWAN (20171050011) & NURUL AHDIAH (20171050012)
GITO (20171050007); MINANTON (20171050009); MUHAMMAD AZIS (20171050010); NOVIT HARI SETIAWAN (20171050011) & NURUL AHDIAH (20171050012)
PENDAHULUAN
The Bussiness Case for Medication Safety menyatakan
sekitar 7000 orang/tahun dari seluruh dunia meninggal karena medical error. Berdasarkan
data dari World Health Organitation (WHO), 80% dari kesalahan dalam
pelayanan kesehatan disebabkan oleh buruknya komunikasi dan pemahaman tentang
kondisi pasien antara petugas medis. Kerjasama tim yang tidak baik akan
berakibat pada terjadinya pelayanan tumpang tindih, konflik, serta error pada
terapi pasien. Permasalahan kesehatan kesehatan pasien yang bersifat kompleks
tidak dapat ditangani oleh satu profesi medis saja. Pekerjaan yang dilakukan
dokter dan tenaga medis lainnya sebenarnya bersifat komplementer dan dapat
dikatakan bahwa kerjasama tersebut dapat memberikan pengaruh positif terhadap patient
outcome (The Joint Comission, 2015).
Fenomena di Indonesia menunjukan bahwa peran masing-masing
profesi kesehatan di Indonesia belum maksimal. Perbedaan status, stereotyping,
adanya perasaan superior inferior, serta banyaknya tindakan yang bersifat
instruksi dari profesi lain masih mendominasi praktik kolaborasi (Legare,
2010). Dengan demikian dibutuhkan proses pendidikan professional lebih lanjut
untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dan kerja sama tim yang baik antara
seluruh profesi medis. Metode yang dapat digunakan adalah melalui Interpersonal
Education (Liaw, Siau, Zhou, dan Lau 2014).
Interprofessional
Education (IPE)
merupakan bagian integral dari pembelajaran professional kasehatan yang terjadi
ketika 2 profesi atau lebih belajar bersama, belajar dari profesi kesehata
lain, dan mempelajari peran masing-masing.(CAIPE, 2012). Komponen yang harus
ada untuk terwujudnya IPE adalah komunikasi yang baik ketika berkolaborasi
antar profesi. Pembelajaran IPE melalui Case Study dan Case Based
Learning terbukti efektif untuk meningkatkan komunikasi antar profesi yang
baik diantara mereka. Praktik IPE di jenjang perguruan tinggi dianggap
sebagai wadah untuk melatih kerjasama tim sejak dini diantara
mahasiswa-mahasiswa kedokteran dan ilmu kesehatan (Mitchell et al, 2010).
TINJAUAN
TEORI
1.
Definisi dan Tujuan IPE
IPE
merupakan salah satu cara pembelajaran professional yang dilakukan dengan
memberikan kesempatan bagi profesi kesehatan belajar dengan, dari, dan antar
profesi kesehatan lainnya hingga menciptakan komunikasi efektif pada kolaborasi
profesi kesehatan (Mendez, 2008). Tujuan dari penerapan IPE adalah mahasiswa
dapat menjalin komunikasi yang seimbang sehingga menghasilkan kolaborasi
interprofessional saat memasuki dunia kerja nanti. Sejak dini mahasiswa di
wajibkan untuk mampu melakukan pembeljaran sesuai profesi kesehatan
masing-masing dan menghindarinya adanya tumpang tindih antar profesi (CAIPE,
2017).
American
College of Clinical Pharmacy (ACCP, 2009) membagi kompetensi untuk IPE menjadi 4
bagian, yaitu :
No
|
Kompetensi Utama IPE
|
Komponen Kompetensi
|
1
|
Pengetahuan
|
Strategi Asosiasi
Penilaian Situasi
Karakteristik anggota tim
Pengetahuan tentang tugas tim
|
2
|
Keterampilan
|
Fleksibilitas/adaptasi
Pemantauan kerja
Memberi dukungan
Kepemimpinan sebuah tim
Pemecahan masalah
Umpan balik
Kemampuan komunikasi
|
3
|
Sikap
|
Orientasi tim
Kebersamaan
Saluing berbagi visi
|
4
|
Kemampuan bekerjasama dalam tim
|
Kekompakan tim
Rasa saling memiliki
Saling percaya
Orientasi kebersamaan
|
2. Interprofessional Education
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Interprofessional
Education sudah menjadi bagian dari proses pembelajaran di FKIK UMY sejak bulan
September 2013 dan telah melalui proses percobaan sejak bulan November
2012-Juli 2013. Alur pembelajaran IPE dimulai dengan membagi mahasiswa dari 4
program studi (kedokteran umum, kedokteran gigi, keperawatan, farmasi) menjadi
beberapa kelompok yang terdiri dari 10-15 orang. Kemudian setiap kelompok
tersebut akan membentuk kolaborasi bersama dalam menyelesaikan kasus yang di
berikan sesuai dengan tahapan berikut :
a.
Kuliah
Pengantar : Perkuliahan ini diadakan di awal tahapan pembelajaran IPE yang
dimaksudkan agar mahasiswa memiliki gambaran mengenai kegiatan yang akan
dilakukan pada saat IPE.
b.
Bed Site
Teaching (BST) : Mahasiswa akan berinteraksi langsung dengan pasien dengan
didampingi oleh dosen dari setiap prodi. Proses ini berlangsung dengan kisaran
waktu 20-30 menit.
c.
Tutorial
Klinik
Tutorial
adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan,
petunjuk, arahan, dan motivasi agara pembelajaran mahasiswa dapat efisien dan
efektif. Tutorial dilakukan sebanyak 2x pertemuan dengan didampingi 1 orang
dosen yang bertugas sebagai tutor. Tugas seorang tutor adalah membantu atau
mengikuti proses penyelesaian kasus pada tutorial klinik serta menghindari
adanya kekeliruan pada saat tutorial klinik seperti pembahasan yang diluar
kasus yang didapatkan. Pada tahapan tutorial klinik, ditentukan salah seorang
mahasiswa yang akan bertugas menjadi serorang ketua dan 1 orang mahasiswa
sebagai notulen.
Tutorial
klinik yang diterapkan oleh TIM IPE FKIK UMY adalah tutorial dengan rancangan Cased
Based Learning (CBL) dengan format case analysis. Format ini
meliputi identifikasi kasus, problem, hypothesis, mechanism, more info,
don’t know, learning issue, dan problem solving. Menurut Kaddoura
(2011) CBL adalah penggunaan pendekatan berbasis kasus yang melibatkan
siswa dalam diskusi spesifik dan contoh nyata didunia. Prinsip CBL adalah student-centered
learning dengan mengutamakan problem-solving approach. CBL
dimulai dengan dosen akan menyiapkan kasus sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai. Kasus kemudian diberikan 1 minggu sebelum proses diskusi
dilakukan. Diskusi akan dilakukan dalam kelompok kecil dengan dosen sebagai
pengamat untuk memberikan koreksi/pengarahan agar tetap mencapai tujuan
pembelajaran. Setiap peserta diwajibkan untuk membuat catatan ringkasan sesuai
dengan kasus/materi yang akan dibahas. Dalam
d.
Presentasi
kasus : kegiatan penyampaian kasus serta penanganan apa saja yang sudah
dilakukan oleh mahasiswa IPE..
e.
Refleksi
kasus : meliputi proses observasi, analisis, evaluasi dari pengalaman klinik
dan di lakukan sebanyak 1x. tahapana ini dimulai dengan mendeskripsikan kasus
klinik, untuk kemudian di evaluasi dengan menentukan penyelesaian dari kasus
tersebut.
f.
Tes Sumatif
: tes tulis yang diberikan kepada mahasiswa dalam program pembelajaran IPE
dengan tujuan mengevaluasi prosese pembelajaran IPE.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi
pelaksanaan interprofesional education (IPE) khususnya berkaitan dengan
tutorial klinik yang dilaksanakan pada tanggal 20 September 2017 di ruangan
kuliah 2 di Rs. PKU Muhammadiyah Gamping didapatkan bahwa jumlah peserta yang
berpartisipasi di kegiatan tersebut yaitu berjumlah 14 orang, terdiri dari 9
orang dari kedokteran umum, 2 orang dari kedokteran gigi, 3 orang dari farmasi.
Tidak ada dari profesi keperawatan.
Observasi proses tutorial IPE
menunjukan hasil beragam baik dari segi prosedural maupun dari mahasiswa
sebagai partisipan. Setelah mahasiswa seluruhnya hadir, tutorial kemudian
diawali dengan penetapan 1 mahasiswa yang mengambil tugas untuk menjadi ketua
dan merangkap sebagai notulen. Selama 30 menit pertama tutorial berjalan tanpa
di damping oleh dosen yang bertugas sebagai tutor. Ketua tutorial memulai
membaca kasus dan diikuti dengan data senjang yang di dapatkan dari hasil
pemeriksaan.Beberapa mahasiswa kemudian menambahkan sesuai dengan bagiannya
masing-masing. Mahasiswa dari prodi Kedokteran Gigi (KG) dan Farmasi terkesan
pasif terbukti dari hasil observasi sepanjang tutorial hanya 1 orang yang
mengemukakan pendapat walaupun sudah dipancing oleh ketua tutorial. Setelah
kedatangan tutor, tutorial berjalan lebih teratur dan sekertaris sudah di
tunjuk. Beberapa peserta tutorial terlihat kurang persiapan yang berimbas
kepada minimnya partisipasi saat tutorial berlangsung. Untuk menggantikan
mahasiswa dari prodi Ilmu Keperawatan yang tidak ada, tutor menyarankan
mahasiswa untuk menyertakan Nursing Care Plan sebagai salah satu Learning
Issue.
Secara prosedural tutorial klinis
yang dilakukan sudah sesuai, namun dari segi partisipan masih banyak
kekurangannya. Berdasarkan Tutorial Assessment, setiap mahasiswa harus
memenuhi 4 poin penilaian yaitu partisipasi selama diskusi, persiapan
pengetahuan selama diskusi, kemampuan mendiskusikan prinsip dasar terhadap
kasus, serta performance mahasiswa (Khoiriyati, dkk, 2017). Berdasarkan
hasil observasi, pastisipasi mahasiswa saat tutorial belum merata. Hal ini bisa
disebabkan karena kurangnya persiapan materi atau kurangnya keinginan dari
mahasiswa untuk mengungkapkan pendapat. Hanya beberapa mahasiswa yang terlihat
aktif dalam memberikan masukan ataupun bertanya kepada mahasiswa dari prodi
lain sehingga tutorial terkesan berat sebelah. Seharusnya saat tutorial
mahasiswa mampu mengkomunikasikan ide mereka secara lisan dan tertulis.
Berdasarkan observasi seluruh mahasiswa sudah membawa materi belajar
masing-masing yang sesuai dengan kasus.
Mahasiswa juga harus mampu untuk
menguraikan pengetahuan atau prini-prinsip pengetahuan yang sudah di pelajari
untuk menemukan solusi kasus yang di bahas. Tutorial IPE yang sudah di jalankan
menunjukan bahwa beberapa mahasiswa sudah mampu mengemukakan intervensi untuk
pasien yang sesuai dengan jurusan mereka masing-masing. Setiap penjelasan
tindakan selalu di sertai dengan alasan atau dasar yang jelas agar kemudian
digunakan untuk mempertahankan pendapat. Secara performance mahasiswa,
dapat dilihat bahwa keseluruhan mahasiswa memilik attitude yang bagus.
Selama proses tutorial berlangsung mahasiswa selalu mengangkat tangan terlebih
dahulu sebelum mengajukan pertanyaan atau berpendapat. Mahasiswa juga menghargai
peserta tutorial lainnya dengan tidak menyela saat sedang berbicara.
Terdapat beberapa hambatan yang
ditemukan dalam proses tutorial klinik IPE ini yaitu komitmen terhadap waktu,
SDM pengajar, dan tingkat persiapan mahasiswa. Saat
tutorial, dosen yang bertugas sebagai tutor berhalangan hadir sehingga harus
digantikan oleh dosen lain yang kemudian memakan waktu 1,5 jam untuk hadir di
proses tutorial. Hal ini sangat disayangkan mengingat pentingnya tugas tutor
saat proses diskusi berlangsung. Menurut Karunia (2013) tutor dalam IPE memilii
tugas wajib untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan belajar
mahasiswa juga untuk membantu mahasiswa menjadi independent dan self-directed
leaners. Peran tutor secara khusus adalah mendorong mahasiswa aktif
bediskusi, sebagai time keeper, mencegah diskusi dilua skenario,
mendorong kelompok mencapai Learning Objective, dan menilai kinerja
mahasiswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Please comment below for list of references
Komentar
Posting Komentar