ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Pada LANJUT USIA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar
Bagi Lansia
Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar
Bagi Lansia menurut Depkes, dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan
pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu
maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti Werda maupun
Puskesmas, yang diberikan oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih
dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga
keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu
tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti.
Adapun asuhan keperawatan dasar yang
diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau
pasif, antara lain:
1. Untuk lanjut usia yang masih aktif,
asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygiene: kebersihan
gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk kepala,
rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan lingkungan seperti tempat
tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi,
bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.
2. Untuk lanjut usia yang mengalami
pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti
pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau
petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus
(lecet).
Lanjut usia mempunyai potensi besar
untuk menjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya
usia, antara lain:
1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan
2. Berkurangnya jaringan kolagen dan
elastisitas
3. Menurunnya efisiensi kolateral
capital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh
4. Adanya kecenderungan lansia
imobilisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus.
B. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia
a. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan
kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia
semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih
bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat dicegah atau
ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia
dapat dibagi atas dua bagian yaitu:
1. Klien lanjut usia yang masih aktif,
yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga
untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
2. Klien lanjut usia yang pasif atau
yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang
hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan
kesehatannya.
Kebersihan perorangan sangat penting
dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat
timbul bila keberhasilan kurang mendapat perhatian.
Disamping itu kemunduran kondisi
fisik akibat proses penuaan, dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap
gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk klien lanjut usia yang masih
aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan
kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta
posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan cara pindahdari tempat
tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal ini penting meskipun tidak selalu
keluhan-keluhan yang dikemukakan atau gejala yang ditemukan memerlukan
perawatan, tidak jarang pada klien lanjut usia dihadapkan pada dokter dalam
keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif, misalnya gangguan
serebrovaskuler mendadak, trauma, intoksikasi dan kejang-kejang, untuk itu
perlu pengamatan secermat mungkin.
Adapun komponen pendekatan fisik
yang lebuh mendasar adalah memperhatikan atau membantu para klien lanjut usia
untuk bernafas dengan lancar, makan, minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga
sikap tubuh waktu berjalan, tidur, menjaga sikap, tubuh waktu berjalan, duduk,
merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar
pakaian, mempertahankan suhu badan melindungi kulit dan kecelakaan.Toleransi
terhadap kakurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu
kekurangan O2 yang mendadak harus disegah dengan posisi bersandar pada beberapa
bantal, jangan melakukan gerak badan yang berlebihan.
Seorang perawat harus mampu
memotifasi para klien lanjut usia agar mau dan menerima makanan yang disajikan.
Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan.
Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan agak lunak atau
memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi,
makanan yang serasi dan suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan,
bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan mereka sesuai dengan
diet yang dianjurkan.
Kebersihan perorangan sangat penting
dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja
timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu, kebersihan
badan, tempat tidur, kebersihan rambut, kuku dan mulut atau gigi perlu mendapat
perhatian perawatan karena semua itu akan mempengaruhi kesehatan klien lanjut
usia.
Perawat perlu mengadakan pemeriksaan
kesehatan, hal ini harus dilakukan kepada klien lanjut usia yang diduga
menderita penyakit tertentu atau secara berkala bila memperlihatkan kelainan,
misalnya: batuk, pilek, dsb. Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan
kesehatan, jika ada keluhan insomnia, harus dicari penyebabnya, kemudian
mengkomunikasikan dengan mereka tentang cara pemecahannya. Perawat harus
mendekatkan diri dengan klien lanjut usia membimbing dengan sabar dan ramah,
sambil bertanya apa keluhan yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan,
apakah obat sudah dimminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dsb.
Sentuhan (misalnya genggaman tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.
b. Pendekatan psikis
Disini perawat mempunyai peranan
penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat
dapat berperan sebagai supporter , interpreter terhadap segala sesuatu yang
asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan
dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para
lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip ” Tripple”,
yaitu sabar, simpatik dan service.
Pada dasarnya klien lanjut usia
membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang dari lingkungan, termasuk perawat
yang memberikan perawatan.. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana
yang aman , tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas
kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Perawat harus membangkitkan semangat
dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa ,
rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan
kelainan yang dideritanya.
Hal itu perlu dilakukan karena
perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia.
Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat
untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan,
peningkatan kewaspadaan , perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk
tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido.
Perawat harus sabar mendengarkan
cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan menertawakan atau memarahi
klien lanjut usia bila lupa melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran
ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.
Bila perawat ingin merubah tingkah
laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara
perlahan –lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka
kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas
dan bahagia.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran,
dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social.
Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien usia berarti
menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu
pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain
Penyakit memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan konunikasi dan
melakukan rekreasi, misal jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain. Tidak
sedikit klien tidak tidur terasa, stress memikirkan penyakitnya, biaya hidup,
keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau
kekhawatiran, dan rasa kecemasan.
Tidak jarang terjadi pertengkaran
dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini dapat diatasi dengan berbagai
cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap
mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang
secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut
usia di Panti Werda.
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan
ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang
dianutnua dalam kedaan sakit atau mendeteksikematian.
Sehubungan dengan pendekatan
spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian, DR. Tony styobuhi
mengemukakn bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini
didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidak pastian akan pengalaman
selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluatga dan
lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan
memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam
mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan
keluarga perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi
di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa
bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.
Umumnya pada waktu kematian akan
datang agama atau kepercayaan seseorang merupakan factor yang penting sekali.
Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada
klien lanjut usia.
Dengan demikian pendekatan perawat
pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih
dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.
C. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut
Usia
Agar lanjut usia dapat melaukan
kegiatan sehari –hari secara mandiri dengan:
1. Mempertahankan kesehatan serta
kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan
pencegahan.
2. Membantu mempertahankan serta
membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (life support)
3. menolong dan merawat klien lanjut
usia yang menderita penyakit atau gangguan baik kronis maupun akut.
4. Merangsang para petugas kesehatan
untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka
menjumpai kelainan tertentu
5. Mencari upaya semaksimal mungkin,
agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit, masih dapat
mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan
(memelihara kemandirian secara maksimal).
D. Fokus Keperawatan Lanjut Usia
Keperawatan lanjut usia berfokus
pada :
1. Peningkatan kesehatan (helth
promotion)
2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang
umum
Komentar
Posting Komentar