ASKEP HIPERTENSI


A.    KONSEP DASAR MEDIK

1.      Pengertian
1)      Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen,1996).
2)      Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
3)      Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan sistoliknya diatas 90 mmHg. (Brunner & Suddarth).
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg.

2.      Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a)      Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b)      Obesitas:Terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c)      Stress Lingkungan.
d)     Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah.







Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a.       Hipertensi Esensial (Primer).
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.

b.      Hipertensi Sekunder.
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

3.      Patofisiologi
Mekanisme yang mengntrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf preganglion ke pembuluh darah dimana dengan dilepaskannya norepinerfin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti ketakutan dan kecemasan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsng pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinerfin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokonstriktorbpembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini juga menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.  





4.      Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah.Komplikasi,Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi diantara lain mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.


5.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:
1)      Penatalaksanaan Non Farmakologis.
a)      Diet.
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b)      Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
2)      Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1.      Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2.      Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3.      Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4.      Tidak menimbulakan intoleransi.
5.      Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6.      Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.

6.      Test diagnostic.(Pemeriksaan penunjang)
1)      Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :hipokoagulabilitas, anemia.
2)      Glucosa:Hiperglikemi(DM adalah pencetus) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
3)      Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
4)      CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
5)      EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P  adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
6)      Foto dada:Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.

B.     Konsep Dasar Keperawatan
1.      Pengkajian
1)      Aktivitas/ Istirahat.
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2)      Sirkulasi
Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.

3)      Integritas Ego.
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
4)      Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu.)
5)      Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretic.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
6)      Neurosensori
Gejala:Keluhan pening pening/pusing,berdenyu,sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam)Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).
Tanda: Status mental,perubahan keterjagaan,orientasi,pola/isi bicara,efek,proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan.
7)      Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala:Angina(penyakit arteri koroner/ketrlibatan jantung), sakit kepala.
8)      Pernafasan
      Gejala:Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja akipnea,ortopnea,dispnea,batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda:Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9)      Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
10)  Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala:Faktor resiko keluarga:hipertensi,aterosporosis,penyakit jantung, DM.
Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara, penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat
Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri TD/perubahan dalam terapi obat.

2.      Diagnosa,Kriteria hasil dan intervensi keperawatan
a.      Diagnosa 1.
1.      Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.
Kriteria Hasil :
Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung,mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima,memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi :
1.      Observasi tekanan darah (perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler).
2.      Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis munkin teramati / palpasi denyut pada tungkai munkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena ).
3.      Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik).
4.      Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler. (adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung).
5.      Catat adanya demam umum/tertentu.(dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler).
6.      Berikan lingkungan yang nyaman,tenang, kurangi aktivitas/ keributan ligkungan,batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal(membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi).
7.      Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi (dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga akan menurunkan tekanan darah).
8.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti hipertensi diuretik(menurunkan tekanan darah).

b.      Dignosa 2.
2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Kriteria Hasil:Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
1.      Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD,dipsnea,atau nyeridada,kelelahan berat dan kelemahan,berkeringat,pusig atau pingsan(Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress,aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung).
2.      Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh:penurunan kelemahan/kelelahan,TDstabil,frekwensinadi,peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.(Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
3.      Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.(Konsumsi
oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada.Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung).
4.      Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.(teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
5.      Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.
(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan).
c.       Diagnosa 3.
3.      Nyeri akut : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
Kriteria Hasil:Melaporkan nyeri/ketidak nyamanan tulang/terkontrol,mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan.
Intervensi :
1.      Pertahankan tirah baring selama fase akut.(Meminimalkan stimulasi /meningkatkan relaksasi).
2.      Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya:kompres dingin pada dahi,pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi.(Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan menghambat/memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya).
3.      Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala:mengejan saat BAB,batuk panjang,dan membungkuk.(Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral).
4.      Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan(Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien).
5.      Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan. (menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan).
6.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik,anti ansietas,diazepam dll.(Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis).
d.      Diagnosa 4
4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat,keyakinan budaya,pola hidup monoton.
Kriteria Hasil :klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan,menunjukan perubahan pola makan,melakukan/ memprogram olah raga yang tepat secara individu.
Intervensi :
1.      Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan kegemukan.(Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi,kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa tumbuh).
2.      Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,garam dan gula sesuai indikasi.(Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya,misalnya,stroke, penyakit ginjal,gagal jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi).
3.      Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.(motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal.Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan,bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil)
4.      Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.(mengidentivikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan/penyuluhan).
5.      Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya:penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.(Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5kg/minggu.Penurunan BB lambat mengidentifasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan).
6.      Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasukkapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.(memberikan data dasar tentangkeadekuatan nutrisi yang dinamakan kondisi emosi saat makan membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/ dapat mengontrol perubahan).
7.      Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat,hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi(mentega,keju,telur,es krim,daging dll)dan kolesterol (daging berlemak,kuning telur,produk kalengan,jeroan)(Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis).
8.      Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.(Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual).
e.       Diagnosa 5
5.      Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak
efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
Kriteria Hasil:Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya,menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi,mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya.
Intervensi :
1.      Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,Misalnya:kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian,keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.(Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang,mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari).
2.      Catat laporan gangguan tidur,peningkatan keletihan,kerusakan konsentrasi,peka rangsangan,penurunan toleransi sakit kepala,ketidak mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.(Manifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic).
3.      Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.(pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap sterossot).
4.      Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisifasi maksimum dalam rencana pengobatan.(keterlibatan memberikan klien perasaan  kontrol diri yang berkelanjutan.Memperbaiki keterampilan koping,dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik.
5.      Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup.Tanyakan pertanyaan seperti:apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?.(Fokus perhtian klien pada realitas situasi yang relatif terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan.Etika kerja keras,kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurangperhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal).
6.      Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu.Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan diri/keluarga(Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya).
f.       Diagnosa 6
7.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
                  Kriteria Hasil :
1.        Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.
2.        Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.Mempertahankan TD dalam parameter normal.
                 Intervensi :
1.      Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat diubah,misalnya:obesitas,diet tinggi lemak jenuh,dan kolesterol,pola hidup monoton,merokok,minum alcohol(lebih dari 60 cc/hari dengan teratur)pola hidup penuh stress.(Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal).
2.      Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.(kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit,kemajuan dan prognosis.Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu,maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan).
3.      Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut. (mengidentivikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi).
4.      Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi (pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan,pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes. (Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi).
3.         Evaluasi
1.      Resiko penurunan jantung tidak terjadi
2.      intoleransi aktivitas dapat teratasi,
3.      klien dapat mengontrol pemasukan / intake nutrisi,
4.      klien dapat menggunakan mekanisme koping yang efektif dan tepat,
5.      klien paham mengenai kondisi penyakitnya.
6.      Nyeri dapat teratasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REFLEKSI & LEADERSHIP (Refleksi menggunakan teori Gibbs')

KONSEP MODEL KEPERAWATAN BETTY NEUMAN

LP Acute Lung Oedema (ALO)